Puncak Lawu VI

::: Puncak VI :::
.
"Dug...dug...dug...dug..." Jantungku masih berdegub kencang sekali, aku tak pernah bermimpi akan sebahagia ini, semua waktu yang diberikan dalam hidup, ingin aku tukar dengan kesempatan dan waktu yang hanya beberapa detik ini.
.
"Woyyy... Pau... Aman?" Teriak Joe dari arah jam 10, ternyata tim sudah sampai kebawah pula. Clara memegang tanganku erat dan berkata "udah, kita perjuangin aja, jujur aja sama Sandro".
.
Aku masih bimbang, kawan... Aku masih tak mampu mengkhianati sahabatku itu. Aku lepaskan tangan kanannya yang memegangku, aku berkata "beri aku waktu, Sandro dan kau sama pentingnya bagiku".
.
Lalu Joe, Aku dan Sandro pergi menuju pos jaga gunung Lawu, melaporkan kalau kita sudah turun, check identitas, sampah yang dibawa turun dan pengembalian KTP/SIM. Bagi yang pernah mendaki pasti mengerti administrasi ini. Aku melihat ekspresi Sandro biasa saja, mungkin dia tak melihat kejadian barusan... Terima kasih Tuhan.
.
Joe, Sandro dan Aku berunding sebentar untuk menentukan apakah kita turun sore ini ke kota Magetan, atau istirahat menyewa villa, lalu turun esok paginya.
.
Melihat kondisi tim yang kelelahan dan memang touring memakai sepeda motor turun sore itu cukup membahayakan, akhirnya kami sepakat akan turun besok saja, lalu menyewa villa, tapi diluar dugaan, kita malah dibantu teman-teman sesama pendaki. Teman-teman yang jaga pos malah nawarin kita untuk tidur di basecamp aja, tempatnya lumayan besar untuk 7 anak. Inilah indahnya persaudaraan pendaki kawan.
.
Malam itu pukul 19.00 Wib, semua tim sudah tertidur pulas, aku keluar sebentar dari basecamp untuk menikmati dinginnya malam di kaki gunung Lawu, tepat di pelataran lapangan besar tempat parkir aku duduk memandang, melihat dan menikmati bintang bersama gelapnya malam.
.
Beberapa menit kemudian Sandro sudah ada disampingku, dia datang dalam senyap, atau aku yang terlalu melamun malam itu sampai tak sadar kedatangan sahabatku itu.
.
Dia mengeluarkan rokok dari saku celana gunungnya, menghidupkannya lalu mengisap rokok itu dalam-dalam....
.
"Aku melihatnya Pau, aku melihat kecupan itu" simpel sekali perkataan itu, sayangnya tak sesimpel, hembusan kepalan asap yang keluar dari mulutnya, terasa sekali nada kecewa dari helaan nafas panjangnya itu.
.
"Jadi kau kecewa?" tanyaku polos, lalu dibalasnya tegas dan dengan nada tinggi "jelaslah anjing, Djancok... Taek" umpatnya penuh marah. "Ya wes aku yo wani masalah iki diselaikan dengan cara biasa San"(ya sudah, aku berani kok masalah ini diselesaikan dengan cara biasanya san)Jawabku dengan nada dingin.
.
"Sebelumnya, aku jaluk (minta) rokokmu" ujarku, dia terdiam... Dia tau kalau aku bukan perokok, bahkan tidak pernah sekalipun terlihat merokok semenjak berteman dengannya. "Lapo kon?" desaknya bertanya. "Yo sepurane, kalau setelah ini kita gak bisa rokokaan bareng lagi, karena mungkin aku bakalan kehilangan dulurku(saudara/sahabat) jawabku tetap dengan nada datar.
.
Hanya tiga menit waktu untuk menghabiskan sebatang rokok itu... Sepi... Dingin... Marah... Semua larut dalam kepulan asap
.
Aku dan dia mulai berdiri tegap. Kuda-kuda pencak silatnya sudah terpasang... Aku masih berdiri biasa saja, toh Aikido tidak seribet itu dengan kuda2... Bak...bug... Bak... Hanya dalam hitungan detik 3 pukulan dan satu tendangan mendarat di tubuhku...
.
Tersungkur di tanah, marah, marah, marah aku ingin marah dan menghajar sikeparat itu... Aku menahan semua emosiku... Berdiri lagi dan lagi... "Djancok... Kon" Bag... Hantaman dari pelipis masuk lurus ke kening yang beberapa jam lalu jadi awal pertengkaran ini... Hantaman yang keras... Darah mengucur, yah... Kali ini kena plipisku. "Balas Cuk... Balas... Kon Lanang opo Ora?" Umpatan demi umpatan keluar dari mulutnya. Dug... Sebuah tendangan keras mendarat didadaku, aku masih ingat rasanya, paru-paru ku bergetar dan sesak seketika seperti kehabisan oksigen... Aku mulai lemah... Mataku berkunang-kunang, bajuku sudah dipenuhi debu keringat di tanah, sedangkan wajahku perih berwarna merah darah, pipiku sudah membiru karena menahan pukulannya.
.
Aku masih mampu berdiri, sedikit demi sedikit, lututku kugerakkan untuk menopang tubuhku.
.
"Asu... Jangan buat seakan-akan yang jadi korban iku awakmu cuk" Perkataan terakhir sandro itu masih terngiang di telinga,rasanya jauh lebih sakit daripada tendangan putar yang mendarat di bahu kanan ku sebagai penutup.
.
Aku masih lama tersungkur... Aku masih ingin berdiri dan melawan... Aku masih...
.
.
.
.
.
.
Bersambung
#petanimuda


Comments:
Gajeel Itoe Mbendel : Sebeginikah kau memperjuangkan cintamu pau.sampai kau harus adu jurus
Petani Muda : Yohohoho... Diikutin terus sampai akhir ya bro...
Petani Muda : Nanti ada kuis dengan hadiah pulsa 100k bagi pemenang
Gajeel Itoe Mbendel : Aku akan trus mengikutinya bro
Tapi apa itu real pa eksepatasi.....????
Gajeel Itoe Mbendel : Tenan po gak pau hadiahne
Petani Muda : Kisah dan hadiahnya real
Gajeel Itoe Mbendel : Oke bro
Tak tunggu kuisnya
Lukmanul Hakim : kerrrennn 😎 kenapa ga dibikin novel aja bro ?
Achmad Benjamin Samantha Finklerz : minta rokok om sandro...
Rahellia Novita Tampubolon Barimbing : Hadehh ga ngikutin dr awal 😥
Reho Cah W-tan : Yah,, bersambung,,, rilis lagi kapan pak??
Asep Abdul Rohman : Dr kisah ini kita belajar, bahwa klo kita bukan orang perokok terus sekalinya minta rokok, eh malah dikasih bonus digebugin. ☺. Kutunggu lagi cerita lanjutannya pau.
Sanca Mugiwara : Iya boy ngumpulin tiap up 1 n akhir bisa jd refrensi buat novel...
Surya Banyo :
Surya Banyo : Keren cerita'a bang lanjutkn...
Asep Abdul Rohman : Kapan nih posting puncak VII nya.

==== Sumber

Related Posts :

  • Puncak Lawu IV:::: Gunung Lawu :::: Puncak IV . "Hosh...hosh...hosh ..." Nafasku ngos-ngosan dan kepalaku masih berat untuk diangkat, perlahan kesadara… Read More...
  • Puncak Lawu III:::: Gunung Lawu :::: . Puncak III . Aku tak jadi membaca tulisan itu, aku kembali memasukkannya kedalam botol kaca lalu menanamnya pada… Read More...
  • Puncak Lawu II:::: Berawal dan Akhir dari Lawu :::: . Puncak II . Mata tajam Sandro seakan menelanjangiku, aku kenal mata dengan hawa membunuh itu, du… Read More...

0 Response to "Puncak Lawu VI"

Post a Comment