::: Puncak V :::
.
Akhirnya kami dengan selamat sampai dibawah, tepat di pintu rimba(sebutan pendaki untuk gerbang masuk gunung).
.
Aku senang dan lega berhasil melindunginya sampai sini, teman-teman jauh tertinggal di belakang, dari kabar HT(Halki Talky) yang dipegang Joe, anak2 terpisah sekitar 3km dibelakang, kalau memakai ukuran waktu, lumayan juga, butuh 20-30 menit.
.
Awalnya aku dan Clara sepakat menunggu, tapi saat dapat perintah dari Joe untuk terus berjalan, dan melapor pada komunitas AGL(Anak Gunung Lawu) untuk minta tolong menyediakan keperluan untuk bersih diri juga beristirahat, aku dan Clara kembali berjalan turun.
.
Sesampainya di bawah aku tersenyum saat dia melepas lelah dengan selonjoran disebuah gazebo/gubuk (rumah panggung kecil) aku hanya berani menatapnya saja dari jauh, takut aku tak fokus lagi, ha-ha-ha sepecundang itu aku kawan.
.
Tapi, saat dia mulai melakukan istirahat' dengan duduk bersila dalam posisi yang salah, aku mulai mendekatinya, aku pegang kedua ujung kaki lalu meluruskannya, betisnya aku pijat dengan lembut secara teratur dari mata kaki sampai lutut, dia hanya diam..."kamu itu kalau abis turun seperti ini, jangan malah dilipat kakinya, ntar pembuluh darahmu kejepit dan membesar, lama-lama bisa varises" penjelasan medis itu keluar saja dari mulutku seperti air mengalir...
.
Aku membuka Buff(biasanya kain untuk masker mulut ) dari leherku. Lalu mulai melepaskan kedua sepatu gunung yang dia pakai, aku basahi Buff itu dengan air lalu mulai mengelap telapak kakinya, punggung telapak kaki, sela-sela jari kakinya, lalu pergelangan kaki di sekitar mata kaki itu.Aku membersihkan semua kulit putih yang lembut dari rasa lelah yang dia derita sepanjang pendakian ini.
.
Semua yang aku lakukan adalah gerakan reflek kawan, aku tak bermaksud membuat wajah orang dihapanku ini memerah seperti semangka. Sungguh... Aku tak bermaksud.
.
Sampai saat aku memandang langsung kedua mata itu, dengan posisi berlutut dan dia yang duduk diatas dipan gazebo, tinggi kami menjadi sejajar, aku memandang lama mata indahnya itu, pipinya yang merah malu-malu, dan senyumnya yang menmbekukan gerakku.
.
"Terima kasih pau" jawabnya sambil mendongakkan sedikit kepalanya, "cup..."
Dia mengecup keningku yang penuh debu, keringat, asap, bahkan mungkin getah tanaman, yah kening yang kotor itu dikecup sang pujaan hati... Apa rasanya...
.
.
.
.
Bersambung
Terima kasih sudah diingatkan untuk update kisah ini... Hehehhee
Comments:
Sanca Mugiwara : Yg dtunggu" nih
Petani Muda : Yohohho terima kasih bro Sanca Mugiwara
Sanca Mugiwara : Ss boy...dtunggu up lainnya boy...
Asep Abdul Rohman : Yah bersambung lg..
Asep Abdul Rohman : Tp terima kasih banyak ya pa tani aku udah di tag nih. Lain x tag lagi ya. 😊
Petani Muda :
Petani Muda :
Petani Muda : Ok
Surya Banyo :
Petani Muda : Yohohohoh
Achmad Benjamin Samantha Finklerz : sambung-bersambung menjadi satu...
==== Sumber
0 Response to "Puncak Lawu V"
Post a Comment