Inspirasi pagi guys... Tp agak panjang jadi bacanya pelan2 aja yowh..
8X3=23
Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.
Pembeli berteriak: "3x8 = 23, kenapa kamu bilang 24?
"Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: "Sobat, 3x8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi".
Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: "Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan".
Yan Hui: "Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?"
Pembeli kain: "Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?"
Yan Hui: "Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu".
Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata
kepada Yan Hui sambil tertawa: "3x8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia." Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain.
Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : "Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh."
Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang.
Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.
Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.
Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: "Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?"
Confusius berkata: "Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh".
Yan Hui berkata: "Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum."
Confusius bilang: "Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3x8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3x8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?"
Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : "Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu."
Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.
Cerita ini mengingatkan kita:
Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya.
Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.
Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.
Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.
Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga
Kemenangan bukanlah soal medali, tapi terlebih dulu adalah kemenangan terhadap diri dan lebih penting kemenangan di dalam hati.
BE A WINNER!
Like&share
Comments:
Agung Smail : ijin share om
Bagas Raja : Mangga.. (y)
Lambang Mahardhika : Nice post guys. (y)
Cerita ini juga mengingatkan kita agar bersikap bijak dalam menilai Jokowi. Anggaplah ada yang berasumsi bahwa Jokowi itu tidak layak jadi presiden, keputusannya salah melulu, tetapi jika kita mengungkapkan penilaian itu ke publik bisa membuat para pemujanya menjadi panas dan sakit hati.
Apalah artinya sepotong ungkapan hati yang kita tuliskan di wall jika ternyata akan menyakiti hati ribuan pemujanya.
Di alam ini sudah menjadi keharusan bahwa antara kebaikan dan keburukan selalu berimbang. Jiak tidak ada keburukan di alam ini, maka alam ini tidak akan pernah terbentuk. Anggaplah saat ini kita sedang berada dalam masa2 sulit, masa2 yang penuh keburukan. Nanti akan tiba waktunya kita berada dalam masa2 yang penuh kebaikan, dimana rakyat akan makmur dan bahagia.
Jangan pernah berasumsi bahwa kita hanyalah satu2nya orang atau satu2nya kelompok yang menyuarakan kebenaran. Banyak entitas lain yang sedang memperjuangkan berbagai kebaikan bagi Indonesia dan bagi manusia jika posisi dalam siklus perputarannya memang sudah tiba pada waktunya untuk menjadi baik.
Tetap sabar, tawakal dan penuh empati terhadap sesama. Banyak rencana2 besar di alam ini yang tidak pernah kita ketahui.
Raul Sekti Wijayanto : ijin berbagi kiriman dan komen2nan nya ya om bagas n om lambang. matursuwun :)
Lambang Mahardhika : silahkan
Rina Maya Simbolon : Cakep on Bagas Raja...
Bagas Raja : Malam broo? Pakabur? :D Alpin Brata
Alpin Brata : Kabar kurang baik bro, ekonomi sedang lesu, pabrik pabrik pada kena hantaman gelombang tsunami.
Achill IsDead : sedaaaaap...
Emma Rachmawati : Moral of the story nya sh ga usah debat kusir sama org bodoh. Klo kita debat kusir ama org moron, kita lebih moron dr dia...
Wage Malik : Yuni
Wage Malik : Nyimak lur hehehe
Fachri Al Banna : Bagas RajaRaja, kisah Confusius tsb lebih tepat utk hal2 yg tdk prinsipil....berbahaya sekali jika diterapkan utk sebaliknya, bisa menjerumuskan manusia.
Relatifitas mustahil diterapkan di semua hal.
==== Sumber
0 Response to "delapan kali tiga sama dengan duapuluh tiga"
Post a Comment