Apakah "dimensi lain" itu ada?

Apakah "dimensi lain" itu ada?
=========================

Jawabannya, bisa ada dan bisa juga tidak ada (atau belum tahu kalau ada), tergantung referensi yang kita miliki.

Masalah yang lebih mendasar lagi, mengapa bertanya soal "dimensi lain"? Apakah kita sudah paham benar dengan dimensi yang kita kenal selama ini?

Pertanyaan tentang "dimensi lain" biasanya berhubungan dengan hal2 goib. Karena tidak banyak manusia yang bisa mengindera entitas goib, mereka kemudian berasumsi bahwa entitas goib itu ada di "dimensi lain", dimensi yang tidak dikenal secara umum. Sebutan "dimensi lain" menggantikan kalimat "dimensi yang tidak dikenal secara publik".

Kita semua tentu mengenal neutrino, satu jenis partikel yang diasumsikan sebagai salah satu partikel pembentuk alam semesta ini. Neutrino ini sulit terdeteksi karena memiliki life-cycle yang sangat singkat. Meskipun demikian, diperkirakan ada triliunan neutrino yang menembus tubuh kita setiap detik.

Neutrino ini memiliki massa yang sangat kecil, tidak lebih dari 0.28 electron volts. Saking kecilnya, Neutrino diperkirakan bisa menembus timah hitam (lead) sepanjang 1 tahun cahaya (setara dengan 6 triliun miles) tanpa pernah menabrak satu atom lead.

Pengetahuan kita soal Neutrino sebetulnya hanya sebatas asumsi. Kita berasumsi bahwa apa yang dikatakan oleh para peneliti Neutrino adalah benar. Kita berasumsi bahwa para pakar peneliti Neutrino itu tentunya telah menggunakan berbagai prosedur dan scientific method yang sohih dan mutakhir. Dan kita juga berasumsi bahwa para peneliti tidak mungkin membohongi publik karena itu bertentangan dengan kode etik ilmuwan.

Secara ilmiah, apakah kita sudah membuktikan sendiri bahwa Neutrino itu memang ada? Tentu saja tidak mungkin kita bisa membuktikannya karena selain tidak memiliki peralatan untuk penelitian hal itu, kita juga tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menelitinya. Bagi kita Neutrino semula adalah hal yang goib, dan kemudian kita beriman bahwa apa yang dikatakan oleh para ilmuwan itu benar, sehingga kita kemudian berasumsi bahwa Nutrino bukan hal yang goib lagi karena sudah diamini oleh para ilmuwan.

Tanpa harus membahas tentang "dimensi lain", kita sudah menghadapi fakta bahwa eksistensi Neutrino itu masih goib juga bagi kita. Kita tidak mampu membuktikannya sendiri, hanya apa katanya para ilmuwan. Masih ada banyak lagi hal lain yang juga goib bagi kita, seperti misalnya Anti-Neutrino, Dark Matter, Dark Enerji, Black Hole, komposisi proton dan electron dan seterusnya.

Lalu bagaimana dengan alam goib dan mahluk goib? Untuk menjawab hal itu, gunakan analogi yang sama dengan bahasan tentang Neutrino. Jika anda bisa beriman tentang eksistensi Neutrino walaupun anda tidak mampu membuktikannya sendiri, mengapa anda tidak bisa beriman tentang eksistensi alam goib, walaupun anda tidak mampu membuktikannya sendiri ?

Dimana letak perbedaannya? Apakah karena penelitian tentang Neutrino menggunakan peralatan2 canggih dan rumusan matematika yang sohih sehingga anda lebih percaya kepada apa yang dikatakan oleh para ilmuwan?

Rumusannya tetap sama seperti yang sering saya sampaikan. Jika anda tidak memiliki referensi apapun tentang suatu hal, bagaimana anda bisa begitu mudah percaya terhadap hal tersebut. Jika dimensi yang kita tempati sekarang ini saja (termasuk berbagai isinya) belum tuntas diselidiki dan di-explore, bagaimana kita bisa membicarakan dimensi lain yang lebih ngga jelas lagi. Contohnya, jika anda belum pernah menikmati rasa jeruk, bagaimana anda bisa mengetahui rasanya buah jeruk?

Untuk sementara asumsikan saja bahwa ada sebagian partikel2 di alam ini yang bervibrasi diluar visible spectrum yang mampu kita indera. Neutrino ada di luar visible spectrum itu karena dia sangat kecil dan bergerak mendekati kecepatan cahaya. Anggap saja mahluk goib juga ada di luar visible spectrum itu. Nanti suatu saat jika anda melihat sendiri ada satu mobil (berikut supirnya) yang bisa di-copy sampai 10 copy, atau ditelepon dari nomor SIM Card yang kartunya masih baru (belum dipasang pada hape), atau dimasukkan dalam kawah dan serasa seperti mandi sauna, atau ditabok jin sampai bonyok, pada saat itu anda akan mengetahui bahwa alam goib dan makhluk goib itu memang benar2 ada. :D


Comments:
Lambang Mahardhika : Contohnya asumsi: berasumsi bahwa mahluk2 itu bermain di ranah Neutrino. Anda saja tidak akan mampu mendeteksi Neutrino tanpa peralatan, bagaimana bisa tahu bahwa yang anda indera itu adalah entitas yang bermain dalam ranah Neutrino? Neutrino itu terdeteksi dalam dimensi kita sekarang, bukan di dimensi lain.

Jadi, pengalaman anda bertemu mahluk ghoib itu bisa saja benar. Sayapun juga punya pengalaman seperti itu dan saya bisa memanfaatkan mereka. Tetapi klaim anda bahwa mereka berada di ranah Neutrino, atau berada pada dimensi yang lebih tinggi itu yang masih butuh klarifikasi dan evidence.
Bernadus Heru Prabawa : Yah mungkin perlu jika Tuhan mengijinkan. Tetapi sudah cukup meyakinkan bagi saya.
Lambang Mahardhika : Ada pengalaman goib yang dialami seseorang tetapi tidak dialami oleh orang yang lain. Itu hal yang wajar karena kemampuan spiritual setiap orang berbeda2. Yang belum bisa diterima oleh publik adalah klaim yang mencoba menghubungkan pengalaman2 pribadi itu dengan sains atau istilah2 yang melangit. Pengalamannya saja sulit ditunjukkan dan dibuktikan kepada orang lain, koq ditambah dengan klaim2 yang semakin menggila. Itu yang seharusnya dihindari oleh para pelaku spiritual.
Bernadus Heru Prabawa : Rasa heran itu terjadi dari orang2 yang tidak tau atau memahami. Suatu yang wajar. Wawasan orang lain itu tidak bisa disamakan dengan wawasan milik pribadi.
Indri Sudibyanti : amiiin. O:)
Slamet Hariyadi : Keterangan panjang lebar dilalah tersimpulkan dg kebenaran relatif

Hayo terus mas Lambang Mahardhika saya siapin kopinya sampai ada yg "ditabok jin sampai bonyok"
Lambang Mahardhika : Mas Slamet Hariyadi, lha wong yang ngaku2 sudah kenal dunia goib saja masih bisa tertipu dengan foto hoax soal putri duyung. Terus yang dianggap kebenaran itu sampai sejauh mana.

Makanya para pelaku spiritual itu perlu dibekali dengan daya analisa dan pemikiran yang kuat, agar bisa mencerna dengan baik semua fenomena goib yang dialaminya.

Apa yang masih katanya orang, katanya goib, katanya malaikat atau katanya tuhan sekalipun, semuanya perlu dianalisa dan direview dengan cermat agar tidak terjadi kesalahan dalam menyimpulkan.

http://www.wittyfeed.com/story/7471/1/A-Real-Life-Mermaid-Found-On-The-Beaches-Of-Hawaii-And-Egypt?i=2
Herly Yanto : Atau karena itu kita tidak tidak usah ngomongin yg goib,,, bicara berarti membuktikan,,,
Lambang Mahardhika : Bicara tidak harus membuktikan. Kita membahas Neutrino bukan berarti harus mempunyai lab sendiri untuk mendeteksi dan membuktikan eksistensi Neutrino. Yang penting ada referensinya, dan soal apakah referensi itu shohih atau tidak, terserah keimanan masing2.

Mau membahas apapun bebas2 saja, yang penting tidak membuat klaim berlebihan tanpa evidence-nya. Membahas tuhan sama juga dengan membahas goib, bahkan ada yang membunuh orang lain hanya karena percaya kepada tuhan yang sebetulnya masih goib itu.
Bernadus Heru Prabawa : Saya mengetahui, ilmu yang tinggi belum boleh untukmu. Jadi mungkin tak perlu menunjukan bukti untukmu. Kita ini hanya sekedar ngobrol. Bukan mempertahankan tesis. Yang sesungguhnya juga ilmu pengetahuan modern sekarang banyak kebohongan tidak disengaja, alias belum akurat.

Kami berbahasa, tentunya menggunakan bahasa istilah yang umum bisa dipahami. Dari pada kami harus membuat istilah lain yang sulit untuk ngobrol.
Herly Yanto : Saya tertarik pada pembuktian parmenides yang pernah di bahas oleh masLambang Mahardhika: bahwa ada itu terdefinisikan dan dibicarakan,, ketiadaan itu tak mungkin dibicaraka,,, karena itu dg logika parmenides ini berarti membincang yg goib atau dimensi lain sama dg dg membuktikan secara logis keberadaannya,,
Lambang Mahardhika : Bernadus Heru Prabawa, membela diri itu perlu. Tetapi post terlampir ini membuktikan bahwa anda mempercayai hoax tanpa cross-check terlebih dahulu. Bukti nyata semacam itu seharusnya diakui saja, bukannya malahan membela diri dengan membual tentang hal yang lain.

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1263573733656021
Lambang Mahardhika : Herly Yanto, pada post tentang Parmenides, saya mencantumkan apa pemikiran dia tentang ada dan tidak ada. Saya kemudian mengoreksinya pada bagian bahwa artikel dengan praduga bahwa mungkin yang dimaksud Parmenides tentang ADA itu berbeda dengan apa yang kita maksud.

Jadi bahasan Parmenides ataupun koreksi saya sama sekali tidak berkaitan dengan kalimat ini "membincang yg goib atau dimensi lain sama dg dg membuktikan secara logis keberadaannya"

Pembuktian sesuatu yang goib tidak akan pernah bisa dilakukan secara meluas. Untuk komunitas yang kecil mungkin saja bisa dibuktikan. Yang bisa disampaikan ke publik adalah "alam goib itu memiliki probabilitas untuk ADA, bukan dijamin pasti ada atau pasti tidak ada". Intinya kita tidak bisa membuat klaim secara sembarangan tanpa memberikan evidence apapun.
Bernadus Heru Prabawa : Saya memang percaya itu ada. Itu adalah masalah kloning. Dan kloning itu sudah ada jauh yang baru bisa dilakukan akhir-akhir zaman ini.

Koq anda malah ngurusin dapur saya benar atau salah? Konsenlah dengan statusmu itu. Kita hanya komen, jika tidak suka tidak usah ditanggapi. Tetapi jika menyalahkan kata, maka layak kita memiliki argumen. Dan ketahui lah bahwa apa yang anda pikirkan dengan yang tidak kelihatan dan paranormal, tidak bisa disamakan. Anda terlalu menyepelekan suatu pengalaman orang lain yang dianggap bisa keliru.

Anda tidak bisa hidup sendiri, bro. Perbedaan itu adalah indikasi hidup itu sendiri.
Lambang Mahardhika : Coba pikirkan dengan benar. Anda membuat post itu setelah muncul gambar putri duyung yang digunakan sebagai properti shooting film. Artinya anda mempercayai hal2 yang seolah terlihat asli dan nyata padahal itu adalah hoax. Kalau anda sudah tahu secara goib bahwa putri duyung itu memang ada dan exist, tidak perlu menunggu patung putri duyung itu muncul ke publik.

Anda membela diri dengan membual soal kloning atau apapun, yang tanpa evidence, dan itu sama sekali tidak akan mengaburkan fakta bahwa anda menyebarkan hoax tanpa cross-check terlebih dahulu. Jadi kalau anda hanya ingin membual dan membuat bermacam2 klaim tanpa evidence, bukan di group ini tempatnya.

Silahkan segera keluar dari group ini atau saya keluarkan.
Ceng Mozak : Sprtinya yang ghoib itu spesial gak semua org bisa mengalami membuktikin sendiri, termasuk betmen sampai saat ini belum pernah ngalamin nya. Lantas apa dan kenapa yang ghoib begitu eklusif?
Lambang Mahardhika : Karena teknologi untuk mendeteksi goib belum ada Ceng. Mungkin suatu saat goib itu bisa dibuat videonya. :v
Lambang Mahardhika : Contohnya teknologi pengindera Neutrino yang baru dimiliki oleh 5 atau 6 negara. Kalau mereka tidak mempublikasikannya, apa kita akan tahu bahwa setiap detik ada triliunan Neutrino yang menembus tubuh kita. Analoginya seperti itu.
Lambang Mahardhika : Untuk yang belum tahu bahwa putri duyung pada gambar itu adalah hoax, ini artikelnya. Itu patung putri duyung yang dibuat untuk promosi film Pirates of the Caribbean.

Berasumsi putri duyung eksis di alam ini ya boleh2 saja. Tetapi perlu pikirkan mengapa ada hidung pada wajah duyung itu. Pola evolusi tidak memungkinkan hidung semacam itu ada pada spesies lautan. Lebih baik membuat imajinasi yang cukup logis, bukan imajinasi yang ngasal saja. Tetap ada probabilitas bahwa itu adalah kloningan orang2 cerdas atau alien, tetapi kloningan seperti itu juga memiliki probabilitas untuk cepat mati karena sulit beradaptasi dengan kehidupan lautan.

http://www.hoax-slayer.com/dead-mermaid-beach-images-hoax.shtml
Lambang Mahardhika : Ini artikel pendukung lainnya.
http://beyondthemarquee.com/21355/mermaid-bodies-by-joel-harlow-for-pirates-of-the-caribbean-on-stranger-tides-photo-michael-spatola
Herly Yanto : Mas Lambang Mahardhika: ini teks Plato tentang Ada dalam Parmenides.... Then the one which is not, if it is to maintain itself, must have the being of not-being as the bond of not-being, just as being must have as a bond the not-being of not-being in order to perfect its own being; for the truest assertion of the being of being and of the not-being of not-being is when being partakes of the being of being, and not of the being of not- being—that is, the perfection of being; and when not-being does not partake of the not-being of not-being but of the being of not-being—that is the perfection of not-being. saya rasa ini jelas yang dimaksud ada dalam frame Parmenides
Lambang Mahardhika : Iya teks Plato. Terus mau diapakan? :)
Herly Yanto : maksudnya itu Ada yang dimaksud dalam kerangka Parmenides. being, exsis, dan present itu semua satu ADA, dalam kerangka Parmenides sebagaimana dijelaskan Plato,,, bagaimanapun kita membedakannya ketiganya ya ADA... karena memang dibicarakan...
Lambang Mahardhika : Itu versi mereka.

Versi saya:
ADA --> EXIST --> Buku itu ADA di meja
ADA --> PRESENT --> Pak Lurah ADA di tempat
ADA --> KNOWN --> Teori relativitas itu ADA

BTW, siapa yang membuat padanan being - non being serupa dengan existence - non existence?

BTW lagi, siapa yang membuat padanan being = exist = ADA?

Kesalahan memahami sebuah bahasa bisa membuat kesimpulan yang salah.
Lambang Mahardhika : Jadi, kalau hanya diambil ADA = KNOWN, semua yang dibahas Plato, Parmenides atau siapapun itu ya ADA, karena diketahui.

Pertanyaannya, apakah yang ADA itu dijamin pasti EXIST (real, nyata, bisa dindera)? Tidak dijamin EXIST bukan? :)
Herly Yanto : hehehehe... sorry yang saya maksud tadi bukan being tapi known... itu tiga serangkai yang mas@Lambang Mahardhika bedakan memang ditulisan tentang Parmenides.. saya menarik ketigax (known-present-exist) pada satu titik yaitu ADA (being),, non-being tidak dibicarakan, jika dibicarakan ia tidak lagi sebagai non-being. Sebagaimana Parmenides berbicara yang ADA tunggal (monis).
Herly Yanto : pemahaman saya dari kerangka Parmenides: real, nyata, dan bisa diindera semua ADA,, dalam penampakannya ada yang tampak dan ada yang tidak tampak...
Lambang Mahardhika : Yang tidak tampak itu perlu dibedakan menjadi 2 lagi yaitu :

1. Bisa dikenali dengan menggunakan peralatan tertentu dimana prosedur pengenalannya bisa diulang oleh siapapun (asalkan menggunakan peralatan yang sama) dan memenuhi kaidah scientific method.
Contoh: Neutrino.

2. Sama sekali tidak bisa dikenali dengan menggunakan peralatan apapun, bisanya hanya diimajinasikan, ADAnya hanya sebagai pengetahuan yang tersimpan dalam otak. KNOWN, but not yet have EXISTENCE.
Contoh: Gajah Terbang Warna Pink (GTWP).
Sampai detik ini belum bisa dikenali obyek seperti itu tetapi kita bisa mengimajinasikan GTWP itu seperti apa. Membayangkan dengan gambar juga bisa. GTWP itu ADA, KNOWN, tetapi tidak eksis, atau paling tidak belum diketahui existensinya sampai dengan detik ini.
Contoh lain: Tuhan, malaikat, setan, jin, gendruwo dan sejenisnya.

Tidak ada kewajiban untuk tidak membahas non-being seperti tertulis dalam kalimat ini: "non-being tidak dibicarakan, jika dibicarakan ia tidak lagi sebagai non-being"

GTWP ini adalah salah satu contoh non-being yang sedang dibicarakan.

Kalau sepakat dengan penjelasan saya ini, sebetulnya tidak ada perbedaan antara hasil pemikiran Plato, Parmenides, anda dan saya. Yang semula membuat berbeda adalah pemahaman kita tentang arti dari sebuah kata, apalagi kata dalam bahasa asing.
Herly Yanto : Oke,, kita terjemahkan saja bhasa asing itu: known=diketahui, exsist=muncul, present=hadir, being=ADA. Pertanyaannya, apakah yang diketahui itu ADA? apakah yg muncul itu ADA? apakah yang hadir itu ADA? Tentu saja yang diketahui-yang muncul-yang hadir itu ADA. berarti semunya ADA,, jadi ADA adalah dasar paling luas bagi yg diketahui-yg muncul-yghadir. Bahkan tidak ada sandarannya pada ADA (tidak ada itu ADA).

Dari rumusan ini, jika ditarik pada jawaban mas Lambang soal dimensi lain yg ghoib bisa ada dan bisa tidak ada memiliki konsekunsi. Konsekuensinya jawaban "tidak ADA" menjadi tidak diperlukan, karena dimensi lain ADA dan telah dibicarakan, didefinisikan.
Lambang Mahardhika : Quote: "Konsekuensinya jawaban "tidak ADA" menjadi tidak diperlukan".
Ok, itu terpenuhi kalau yang saya maksudkan ADA = KNOWN.
Masalahnya, apakah ADA yang saya tanyakan itu hanya bermakna ADA = KNOWN?

Contoh:
A: Apa sarapannya sudah ADA?
B: Sudah, baru saja saya buat.
A: Mana, koq ngga ADA di meja?
B: ADA koq, tapi saya membuatnya hanya dalam hati saja. :v :v

Dalam pembicaraan sehari2, yang umum, yang common sense, cukup gunakan makna secara umum dimana yang dimaksud ADA = EXIST. Pertanyaan "Does God Exist?" yang diterjemahkan menjadi "Apakah Tuhan Ada?", sudah cukup mewakili apa yang selama ini menjadi common sense.

Kalau mau membuat jadi mbulet agar terlihat seperti ahli filsafat atau ascending master, gunakan multi-makna tersebut di atas. :)

Lain kali kalau ada yang membuat pernyataan bahwa "Tuhan itu ADA", tanyakan dulu "ADA" yang mana yang dimaksud oleh ybs. Kalau yang dimaksud adalah ADA = KNOWN (minimal dari definisinya), maka penyataan tersebut bisa dianggap benar.

Tetapi kalau yang dimaksud adalah ADA = EXIST, tanyakan lagi apa bukti eksistensinya. Kalau jawabannya hanya mbulet ngga karuan, beritahu dia bahwa seharusnya pernyataan dia itu adalah "Saya berlogika bahwa Tuhan memiliki probabilitas yang tinggi untuk eksis, ditinjau dari analogi tentang penciptaan dan hasil ciptaan itu sendiri". Dan anda cukup menjawab, "Oh, masih sebatas asumsi tho. Kata 'berlogika' yang anda gunakan itu adalah kata lain dari 'asumsi' karena validitas logika sangat tergantung pada lengkap atau tidaknya data yang ada di memori anda".
Herly Yanto : Persolannya mas Lambang Mahardhika sebelumnya (di soal Parmenides) sudah memberi klasifikasi soal ada (kmown, exist, present) ,, tapi pada poin ini langsung begitu saja mengatributi yang goib sebagai yg bisa ada dan bisa tidak ada, tentu saja ini problematis dari penjelasan sebelumnya. Jadi keributan diatas hanya membenturkan pemikiran mas lambang yang satu dg yg lainnya.

Soal common sense. Tepat disitu problemnya,,, menurut saya, pada point ini mas Lambang tidak jelas kapan menggunakan ADA=exsist, kapan ADA=present, dan kapan ADA=known. Masyarakat diluar yg belum baca group ini bisa jadi memaknai ADA sebagai eksis (common sensenya), tetapi penduduk group ini yg sudah mendapat pencerahan soal ADA dari mas Lambang sendiri, common sensenya tentu saja tidak sama dg mereka yg diluar. Dan tentu saja perlu dibedakan, jadi setiap bicara ADA perlu dijelaskan ada yg dimaksud ADA yang mana. Dan menurut saya, memang ini rumitnya menggunakan tiga serangkai ADA ala mas Lambang.

Mohon maf mas ini bukan ngeyel..
Saya punya pemahaman begini, dalam klasifikasi tiga serangkai ADA (known-exist-present), menurut saya, mas Lambang telah mengesensika eksistensi. Jadi yg dibagi mas menjadi tiga itu bukan ke-ADA-an sesuatu tetapi ke-APA-an sesuatu (esensi).

Begini:
-Jin itu ADA
-Makanan diatas meja itu ADA
-Jokowi itu ADA.

Jin, makanan, dan Jokowi berbeda sebagai esensi, ada yang material dan yg immaterial. Disinilah muncul rumusan known-present-exist. Tetapi dari sisi ADA ketiganya tidak berbeda yaitu sama2 ADA. Bahkan tuhanpun ADA. Disini tiga serangkai menjadi tidak berlaku. Pada titik ini Parmenides benar.

Jadi tiga serangkai itu muncul hanya sebagai ukuran indera, yaitu apakah dapat dilihat atau tidak, dan ini esensial bukan eksistensial. Pada pembahasan mas lambang diatas, yang goib bisa ada dan bisa tidak ada, itu juga ukurannya indera atau esensi, bukan eksistensi.
Ceng Mozak : Lanjut ke esensi vs eksistensi....makin menarik.
Rusydi Asy'ari : Menyimak :v :-)
Alpin Brata : Umpama saya mengatakan "bongkibong" itu ada, itu sama saja dengan Jin atau Tuhan ada. Padahal bongkibong itu benar benar hanya asal cuap cuap saya saja. Bagaimana membedakan essensial atau eksistensial bongkibong ? Kalau sudah dapat rumusnya, maka coba persamaan itu diganti dengan Tuhan dan Jin. Jangan sampai hasilnya berbeda ya.
Lambang Mahardhika : Quote:
Persolannya mas Lambang Mahardhika sebelumnya (di soal Parmenides) sudah memberi klasifikasi soal ada (kmown, exist, present) ,, tapi pada poin ini langsung begitu saja mengatributi yang goib sebagai yg bisa ada dan bisa tidak ada, tentu saja ini problematis dari penjelasan sebelumnya. Jadi keributan diatas hanya membenturkan pemikiran mas lambang yang satu dg yg lainnya.

Jawab:
Common sense dari ADA adalah sama dengan EXIST. Jadi kalau saya tanyakan "Apakah dimensi lain itu ada?" artinya yang saya tanyakan adalah eksistensi dari dimensi lain itu sesuai dengan common sense.

Quote:
Soal common sense. Tepat disitu problemnya,,, menurut saya, pada point ini mas Lambang tidak jelas kapan menggunakan ADA=exsist, kapan ADA=present, dan kapan ADA=known. Masyarakat diluar yg belum baca group ini bisa jadi memaknai ADA sebagai eksis (common sensenya), tetapi penduduk group ini yg sudah mendapat pencerahan soal ADA dari mas Lambang sendiri, common sensenya tentu saja tidak sama dg mereka yg diluar.

Jawab:
Pertanyaan seperti itu bisa dilakukan dimana saja, tidak harus di group ini dimana para membernya banyak yang sudah tahu apa perbedaan makna dari kata ADA.

Quote:
Dan tentu saja perlu dibedakan, jadi setiap bicara ADA perlu dijelaskan ada yg dimaksud ADA yang mana. Dan menurut saya, memang ini rumitnya menggunakan tiga serangkai ADA ala mas Lambang.

Jawab:
Tidak harus begitu. Yang membaca atau yang mendengar yang seharusnya bertanya, "ADA yang mana yang anda maksudkan?"
Sama seperti pernyataan "Agama adalah jalan yang paling benar". Kita masih bisa bertanya "Yang benar itu menurut siapa?"
DImana2 yang butuh klarifikasi adalah yang membaca atau mendengar, bukan yang membuat pernyataan.

Quote:
Begini:
-Jin itu ADA
-Makanan diatas meja itu ADA
-Jokowi itu ADA.

Jin, makanan, dan Jokowi berbeda sebagai esensi, ada yang material dan yg immaterial. Disinilah muncul rumusan known-present-exist. Tetapi dari sisi ADA ketiganya tidak berbeda yaitu sama2 ADA. Bahkan tuhanpun ADA. Disini tiga serangkai menjadi tidak berlaku. Pada titik ini Parmenides benar.

Jadi tiga serangkai itu muncul hanya sebagai ukuran indera, yaitu apakah dapat dilihat atau tidak, dan ini esensial bukan eksistensial. Pada pembahasan mas lambang diatas, yang goib bisa ada dan bisa tidak ada, itu juga ukurannya indera atau esensi, bukan eksistensi.

Jawab:
Coba ubah pernyataan anda itu dalam bahasa Inggris. Apakah akan menjadi seperti ini:

- Jinny is EXIST.
- The food is EXIST on the table.
- Joko is EXIST.

Janggal bukan? Makanya sudah pernah saya sampaikan, mengapa pertanyaan apakah tuhan ada itu dituliskan dalam bahasa Inggris sebagai "Does God Exist?", bukan ditulis "Does God Known?" atau "Does God Present?"

Jadi semua kesalahan persepsi itu bermula dari kesalahan para pengguna kata ADA yang sering mencampuradukkan berbagai pernyataan yang berbeda makna dalam satu kaitan yang sama. Contohnya: Anda setuju sekali bahwa Jin itu ADA. ADA disini tentu yang dimaksud adalah ADA = EXIST. Bisakah anda membuktikannya dengan menggunakan scientific method, dimana disana dibutuhkan falsifiability dan replicability? Tentu tidak bisa bukan. Kalau tidak bisa kenapa membuat pernyataan seperti itu?

Artinya anda sudah menyelewengkan makna ADA dalam kalimat "Jin itu ADA" sehingga memiliki makna yang sama dengan kata ADA dalam kalimat "makanan itu ADA di meja". Dan itu anda sebut bahwa ketiganya memiliki eksistensi yang sama walaupun esensinya berbeda.

Tampaknya anda mulai bingung membedakan apa yang disebut dengan esensi dan eksistensi. Kembalikan pada pertanyaan saya, kenapa muncul kalimat "Does God Exist?". Kenapa yang ditanya eksistensinya, bukan esensinya. Exist itu artinya bisa dikenali, Propertiesnya jelas, Spesifikasinya jelas. Bisa diindera walaupun butuh alat bantu semacam microscope atau LHC/CERN.

Kalau anda memiliki persepsi yang berbeda tentang arti dari kata EXISTENCE, berarti disitulah kunci perbedaannya, bukan di pemahaman Parminedes ataupun pemahaman saya.

Saya uji anda dengan pertanyaan baru:
1. Apakah GTWP itu ADA? (GTWP = Gajah Terbang Warna Pink)
2. Apakah GTWP itu EKSIS?

Kalau anda keliru memaknai arti dari eksistensi, maka jawaban anda adalah YA semua untuk 2 pertanyaan itu.
Lambang Mahardhika : Kita tentu paham bahwa penggunaaan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu sulit dilakukan oleh semua orang. Contohnya, kalimat "Nasi gorengnya sudah ADA di meja", seharusnya dituliskan "Nasi Gorengnya sudah TERSEDIA di meja".

Contoh lain, "Dia ADA di ruangannya", seharusnya dituliskan "Dia di ruangannya", atau "Dia sudah hadir di ruangannya", ngga perlu pakai kata ADA.

Dalam bahasa Inggris, kata ADA ini kadang2 digunakan sebagai terjemahan dari "is". "He is in his room", diterjemahkan menjadi "Dia ADA di ruangannya". Apakah ini tatabahasa yang benar?

Kesalahan ini tidak berbeda dengan kesalahan tatabahasa Soeharto yang sering mengucapkan kata "daripada" sebagai pengganti kata "dari".
Lambang Mahardhika : Bung Alpin Brata, buat saya "bongkibong" itu TIDAK ADA ( = unknown), karena saya tidak tahu apa yang disebut "bongkibong" itu. :v

Tetapi kalau GTWP (gajah terbang warna pink) itu ADA ( = known), karena bisa diimajinasikan sebagai seekor gajah warna pink yang punya sayap dan bisa terbang. Tidak berbeda jauh dengan Unicorn atau Lochness yang hanya muncul gambarnya, bukan eksistensinya.

Pertanyaan "Apakah Tuhan ADA"? kalau dijawab secara common sense seharusnya jawabannya adalah "Tuhan TIDAK ADA, karena saya belum pernah melihat eksistensinya".

Biasanya pertanyaan itu akan disambung dengan pertanyaan lain, "Apakah anda tidak pernah berpikir dari mana alam dan manusia ini bisa terbentuk dan bla.. bla.. bla.. ", dan itu bisa dijawab, "Lha itu kan asumsi sampeyan, memangnya asumsi saya harus sama dengan asumsi sampeyan. Yang jelas sampeyan ga bisa membuktikan eksistensinya dan hanya berasumsi tho?" :D

Pertanyaan "Apakah mahluk goib ADA"? tergantung siapa yang menjawabnya. Kalau yang sudah pernah melihat mahluk goib pasti menjawab ADA. Kalau belum pernah melihat mahluk goib pasti menjawab TIDAK ADA. Tidak ada bedanya dengan jika kita tanyakan "apakah buah Matoa itu ADA?" kepada orang yang belum pernah mendapatkan referensi apapun tentang buah Matoa.
Alpin Brata : Bongkibong adalah suatu entitas yg menciptakan alam semesta, mas Lambang. Kalau sayapnya dikembangkan maka akan menutup seluruh semesta, begitulah kira kira. Bentar ya, saya imajinasikan doloe.
Lambang Mahardhika : O berarti sekarang Bongkibong ADA, karena sudah ada penjelasannya. Soal exist atau tidak, mana saya tahu, :v
Akiong Budiman : Dan asumsi saya dari obrolan ini bahwa ADA adalah sebuah entitas yg sdh punya penjelasan speknya tapi belum tentu existensi dan kehadirannya, hanya diketahui saja dlm imajinasi.
Slamet Hariyadi : Mas Lambang Mahardhika itu known belum exist bagi saya lah nggak pernah ketemu .... bagi yg lain bisa berbeda yah nggak masalah
:v :v
Lambang Mahardhika : Akiong Budiman, memang benar seperti itu mas. Itu adalah makna kata ADA yang sudah umum kita dengarkan sehari2. ADA yang maknanya diketahui. "Bukunya ADA di rumah." "Joni ADA di kantor." Lagu Indonesia Raya itu ADA". "Lukisan Picasso ADA di museum"... dst. Yang sering terjadi adalah makna ADA = diketahui ini kemudian dipelesetkan menjadi bermakna ADA = eksis.

Contohnya tentang Tuhan, semua orang kalau diminta menjelaskan apa kira2 spek Tuhan, pasti bisa menjelaskannya. Pencipta alam, bukan materi bukan enerji, meliputi semua ciptaannya dsb.

Kalau misalkan ada orang yang ngaku2 sudah bertemu mahluk ghoib atau bisa masuk ke alam ghoib, kita perlu mereview kemampuan orang tersebut dalam menganalisa pengamatannya dengan menggunakan scientific method. Kalau ybs tidak mampu memahami atau menjelaskan dengan baik bagaimana metodenya me-review pengamatannya, tentu kita boleh menganggapnya sebagai tukang nggedabrus ranggenah. :v

Sulit membedakan dukun asli dengan dukun abal2, butuh jam terbang yang lumayan tinggi. Kalau hanya menganggap bahwa semua dukun adalah abal2, tukang sekoteng yang lewat depan rumah juga bisa. :v

Kaum yang ngaku2 di luaran sana sebagai ilmuwan yang nyaintis boleh2 saja mencibir terhadap kaum yang sudah bisa berhubungan dengan alam ghoib, wong basis pengetahuan dan kemampuannya saja sudah berbeda. Si pelaku bisa membuktikan bagi dirinya sendiri, atau bagi komunitasnya, bahwa kaidah replicability dan falsifiability bisa terpenuhi dengan baik. Kalau para pencibir itu tidak mampu membuktikannya, ya itu derita mereka, bukan urusan kita. :v
Lambang Mahardhika : Untuk yang belum tahu bahwa Falsifiability itu ADA, bisa dilihat di sini:
https://en.wikipedia.org/wiki/Falsifiability
Lambang Mahardhika : Flasifiability kadang disebut juga dengan Testability.

Contoh argumen yang diperiksa falsifiability-nya:
Argumen si A: "Semua angsa berwarna putih".
Argumen si B: "Itu saya ada foto angsa yang berwarna hitam".

Argumen si A digugurkan oleh argumen si B. Artinya falsifiability dari argumen si A adalah NOT FALSIFIABLE (tidak terbukti tidak gagal).

Untuk membuktikan sebuah teori (atau pernyataan) sudah pasti benar dan tidak pernah gagal, bukan hanya dengan membuktikan teori itu benar secara scientific method, tetapi juga bisa dilakukan dengan menunjukkan bukti bahwa ada hal2 yang bertentangan dengan teori itu.

Contoh:
Ada si A yang membuat teori sbb "Kulit dan daging manusia terbuat dari protein dan bahan organik, bukan terbuat dari logam, jadi tidak mungkin akan mampu menahan bacokan golok". Ini teori yang ditunjang dengan pembuktian ilmiah dimana kaidah replicability dan falsifiability-nya terpenuhi dengan baik.

Jika suatu saat saya mengajak si A ke sebuah perguruan tenaga dalam dan bisa membuktikan bahwa ada orang2 yang bisa kebal bacokan golok, apakah teori si A tersebut masih terpenuhi kaidah falsifiability-nya?

Jadi, sains itu memang bagus untuk menganalisa semua hal yang ada di alam ini. Tetapi menutup mata terhadap hal2 yang diluar sains tidak akan membuat kita menjadi orang yang paling benar sejagad. Masih ada banyak fenomena2 metaphysic dan supranatural di luaran sana. The truth is out there. :)
Akiong Budiman : Artinya sains tidak seratus persen benar, Dan metaphysic supranatural tidak seratus persen salah..Masih ada kemungkinan yg lain walaupun kecil.
Lambang Mahardhika : Benar mas. Maaf, saya asumsikan itu benar. :p :v
Slamet Hariyadi : Saya sih berharap mas Lambang Mahardhika menampakkan keksisannya yah siapa tahu bisa nyaingi limbat dia kan spesialis tahan bacok cuman bisu mungkin saja mas Lambang bisa menggungguli tahan bacok juga bisa nerangin(kaidah njelimetnya)

Kalo bisa ditampilin di tv .... entar kalo terkenal bisa jadi DKI 1 nyainggi ahok
:v :v
Lambang Mahardhika : Banyak pemain debus yang mau diuji bacok asal dapat imbalan yang cukup. Masalahnya ngurusi pembuktian kepada pihak lain yang butuh bukti semacam itu sama sekali ngga ada manfaatnya bagi saya, apalagi gratisan. :v

Kalau soal skeptis, dari dulu saya skeptis dengan hal2 goib. Ngga ada bukti ngga perlu dianggap fakta. Karena hidup ini isinya hanya trial and error, saya mencoba mencari sendiri pembuktian hal2 tersebut. Dulu saya pakai biaya sendiri untuk mencari pembuktian, butuh waktu sekitar 2 tahun dan menghabiskan dana cukup banyak.

Lain kalau ada fee-nya yang lumayan gede, saya bisa pertimbangkan untuk membantu mencarikan orang2 yang mampu memberikan scientific evidence bahwa dibacok itu tidak mempan. :v
Herly Yanto : oke mas,,, kayaknya ini hanya soal penggunaan bahasa (exist-present-known) yang sulit mencari padanannya. secara ontologis
Lambang Mahardhika : Iya, makanya soal ADA dan TIADA ini paling sering saya bahas dengan tujuan agar para penyuka filsafat tidak terjebak kedalam makna yang berbeda dari kata ADA, karena banyak buku terjemahan filsafat dari luar negeri yang menggunakan pemahaman yang keliru tentang kata ADA ini. Yang jelas, sejauh yang saya ketahui, belum pernah ADA filsuf dari dalam ataupun luar negeri yang membahas pemaknaan berbeda dari kata ADA ini. Di situ point pentingnya buat saya... :v :p

==== Sumber

0 Response to "Apakah "dimensi lain" itu ada?"

Post a Comment