science is human
selama ini orang menganggap bahwa science is netral, science is universal, and science is nothing to do with ideology. karena science harus logis dan empiris. objeknya harus evaluable (bisa dievaluasi), measurable (bisa diukur), repeatable (bisa diulang), dan predictable (bisa diprediksi).
namun ini masih berada pada tahapan praktis atau aksiology, namun pada tahapan paradigma, sains tidak statis, tetapi terus bergerak sesuai dengan perkembangan manusia. yang berpengaruh terhadap produk-produk sains yang dihasilkan
oleh karena itu apa yang diungkapkan Jurgen Habermas dalam bukunya Science and Human Interest menarik untuk kita renungkan
1. Science is Human, kenyataannya sains bukanlah objek yang bergerak mandiri, sains adalah what scientist works, thinks, and searches. maka selama science masih berkaitan dengan aktifitas manusia. sains akan berkembang sesuai dengan pikiran manusia. maka yang tetap netral adalah objeknya. sedangkan sains yang dihasilkan tidak netral tetapi penuh berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut oleh saintis. maka sains tidak netral
2. science is not universal. kita bisa lihat corak sains di berbagai negara. sains di jepang tentu berbeda dengan sains di Amerika. tiap negara tentu punya interest yang penuh dengan kepentingan nasionalisme, industri, dan politik. anda bisa lihat produk-produk sains di berbagai negara. kenapa hp china tidak awet, atau apakah scientis di sana tidak bisa membuat hp yang lebih awet. sebenarnya bisa saja. tapi mungkin jika hp itu awet. scara industri tidak menguntungkan. mungkin anda bisa mencari contoh lainnya
3. science is always related with a ideology. ketika kita bilang science is human, maka manusia juga merupakan makhluk yang berperadaban. Dan sebuah peradaban selalu memiliki corak idiology tertentu, sebagai identitas dari peradaban tersebut. misalnya : kenapa gay dan lesbi dikeluarkan dari daftar nomenklatur penyimpangan seksual dalam ensiklopedy dunia pada tahun 70an. bukan karena sainsnya yang berkembang, tetapi nilai apa yang dominan di negara2 maju. jika science sekarang dominan dengan pandangan-pandangan post modern, yang antroposentris. post positivis, dan post-strukturalis. maka nilai yang dianut adalah sekularisme, liberalisme, dan humanisme
Comments:
Rizky Reeves : nyimak
up
Amran Rede : Tidak setuju jika science is not universal.
Jika dikatakan produk science berbeda2 (quality) di setiap tempat dan atau waktu, saya setuju.
Tapi kalau konsep science, tetap universal (kapan saja, dimana saja, dan siapa saja).
Normansyah Normansyah : science tetaplah science. Maslah pergeseran kepentingan itu, apakah masalah nasionalisme, sosial, ataupun politik apakah dg serta merta merubah konstruksi dr Science itu sendiri? Misalnya penelitian ttg air. Telah disepakati bahwa unsur penyusunnya adalah H dan O, apa bisa berubah jadi Al dan O, dsb ?
Normansyah Normansyah : Yg ada adalah, perubahan/pergeseran manfaat dr science.
Amran Rede : Ada 3 hal yg perlu dipahami, yaitu: konsep sains, produk sains (teknologi), dan produk teknologi. Ke 3nya progres membentuk spiral kearah sempurna ("relatif" dan tdk akan pernah tercapai).
Ilham Habibullah : selama sains itu berupa aktifitas manusia, pasti tidak netral, dan penuh dengan nilai2
Amran Rede : Itu rana Science Etics (etika sains). Siapa yg bersains? Tentu orang2 yg ber-etika dan tdk ber-etika.
Analogi dengan:
Agama. Agama tidak pernah salah tetapi pengikutnya sering salah paham.
Normansyah Normansyah : Berarti bukan Sains yg tidak netral atau tidak universal. Tetapi manusia-manusia yg mempelajari sains yg berlaku demikian.
Ilham Habibullah : istilah sains sendiri sudah tidak netral, karena saat sains harus empiris dan logis, disitu ada paradigma materialis dalam memandang realitas. maka hakikat knowledge yang aslinya luas, yang menyangkut hubungan subjek dan objek, apriori dan aposteriori, yang bersifat logis, empiris, dan intuitif, baik secara fisik, konseptual, dan metafisik, telah direduksi menjadi hanya sekedar yang bisa diamati secara indrawi.
==== Sumber
0 Response to "science is human"
Post a Comment