Sirna Ilang Kerthaning Bumi

Sirna Ilang Kerthaning Bumi
=======================

Kalimat tersebut artinya adalah hilang musnah ditelan bumi, untuk menggambarkan runtuh dan musnahnya kerajaan Majapahit. Babad Tanah Jawi mencatat tahun keruntuhan Majapahit itu dalam suryasengkala Sirna Ilang Kertaning Bumi yaitu 1400 caka atau 1478 M.

Kenapa disebut hilang musnah? Karena kerajaan Majapahit memang hilang. Sisa peninggalan yang bisa ditemukan hanyalah candi2 kecil (Candi Wringin Lawang, Brahu, Gentong, Tikus, Bajang Ratu, Kedaton, dll) dan patok batas wilayah di Trowulan. Tidak ada jejak peninggalan berupa reruntuhan benteng atau istana. Sama seperti Kerajaan Pajajaran yang meninggalkan jejak hanya berupa kolam pemandian di Majalengka. Istana Pajajaran juga raib ngga jelas.

Dari penelitian geologi tentang kawasan delta Kali Brantas, tempat dimana terjadinya semburan lumpur Lapindo, diperoleh bukti bahwa di lapisan bawah muka bumi kawasan itu memang ada mud volcano. Bocoran lumpur itu diduga pernah terjadi pada jaman Jenggala, Daha dan Majapahit. Dongeng Timun Mas diduga juga ada kaitannya dengan lahar lumpur tersebut. Ada kemungkinan kalimat "Sirna Ilang Kerthaning Bumi" berhubungan dengan tenggelamnya sebagian bangunan kerajaan akibat semburan lumpur.

Lebih detailnya, baca PDF terlampir.


Comments:
Lambang Mahardhika : Orang jaman dulu masih punya banyak waktu senggang sehingga mereka jauh lebih mudah mendekatkan diri kepada tuhan.

Orang jaman sekarang, pulang pergi ke kantor saja sudah menghabiskan waktu 2 s/d 4 jam. Belum lagi ada yang lembur. Ditambah lagi berbagai kehidupan sosial seperti hangout, dugem, aktif di medsos, dan sejenisnya.

Hasilnya, orang jaman dulu lebih mudah tercerahkan dibanding orang jaman sekarang.

Pada dasarnya semua ilmu ilahiyyah seperti ESP, remote sensing, terawangan, kekebalan dsb itu bisa diperoleh cukup dengan dua aktivitas yaitu pasrah total dan selalu bersyukur.

Orang yang pasrah total dapat membuat egonya menjadi turun sampai pada tingkat yang paling rendah. Tidak ada suatu penderitaan seberat apapun yang membuatnya jadi kehilangan kepasrahan. Dalam kondisi pasrah itu, empatinya akan meningkat dengan cepat. Dia tidak merasa rugi jika melakukan pengorbanan dalam ritual maupun pengorbanan bagi orang lain. Hablum minallah dan hablum minannas secara total.

Sikap selalu bersyukur akan menghasilkan pribadi yang jarang mengeluh atas keadaan yang bagaimanapun rumitnya.

Jika dua hal itu dijalankan dengan rutin, maka ilmu ilahiyyah yang akan mendekati dirinya. Secara faktanya, akan ada entitas goib yang datang kepadanya dan membantu menyalurkan enerji ilahiyyah atas ijin tuhan. Entitas itu boleh saja menampakkan dirinya atau tidak, tergantung kesiapan si manusianya. Misalkan mewujudpun, paling hanya tampak sebagai cahaya bening.

Pada kasus kemukjizatan di jaman nabi, seperti tongkat nabi Musa membelah laut, nabi Ibrahim tidak mempan dibakar, nabi Sulaiman mengambil emas dari dalam bumi, nabi Isa menyembuhkan / menghidupkan orang mati, dan yang lain2, sebetulnya semua itu atas bantuan para goib, bukan karena mereka memiliki kemampuan supranatural yang muncul dari dirinya sendiri.

Semakin tinggi jenis ilmu yang akan lewat melalui dirinya, butuh sinkronisasi enerji dalam tubuh dan kemampuan fisik yang memadai. Ini yang menjelaskan mengapa setiap orang yang mencari ilmu itu butuh laku. Laku itu untuk mempersiapkan jasadnya agar mampu menerima jenis enerji yang berbeda. Laku itu harus berupa pengorbanan yang mewakili sikap pasrah dan selalu bersyukur itu tadi.
Ardhie Safri : Contohnya borobudur, yg terkubur sebahian besatnya dan terkurung hutan belantara.
Peradaban yg bisa bisa bikin bangunan semegah itu mosok gak ada cttn sejarahnya,
Makanya Fahmi Basya buru2 ngeklaim itu tinggalan nabi Sulaiman.. :)

==== Sumber

0 Response to "Sirna Ilang Kerthaning Bumi"

Post a Comment