Konsep "Ada" dan "Tidak Ada" menurut Parmenides

Konsep "Ada" dan "Tidak Ada" menurut Parmenides
==========================================

Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa "hanya 'yang ada' itu ada". Parmenides tidak mendefinisikan apa yang dimaksud "yang ada", namun menyebutkan sifat-sifatnya. Menurut Parmenides, "yang ada" itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. Selain itu, "yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal.

Menurut Parmenides, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin disangkal.Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi. Hal itu dapat dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides. Pertama, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" itu tidak ada. Kedua, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada" itu bersama-sama ada. Kedua pengandaian ini mustahil. Pengandaian pertama mustahil, sebab "yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan. "Yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan dibicarakan. Pengandaian kedua merupakan pandangan dari Herakleitos. Pengandaian ini juga mustahil, sebab pengandaian kedua menerima pengandaian pertama, bahwa "yang tidak ada" itu ada, padahal pengandaian pertama terbukti mustahil. Dengan demikian, kesimpulannya adalah "Yang tidak ada" itu tidak ada, sehingga hanya "yang ada" yang dapat dikatakan ada.

Untuk lebih memahami pemikiran Parmenides, dapat digunakan contoh berikut ini. Misalnya saja, seseorang menyatakan "Tuhan itu tidak ada!" Di sini, Tuhan yang eksistensinya ditolak orang itu sebenarnya ada, maksudnya harus diterima sebagai dia "yang ada". Hal ini disebabkan bila orang itu mengatakan "Tuhan itu tidak ada", maka orang itu sudah terlebih dulu memikirkan suatu konsep tentang Tuhan. Barulah setelah itu, konsep Tuhan yang dipikirkan orang itu disanggah olehnya sendiri dengan menyatakan "Tuhan itu tidak ada". Dengan demikian, Tuhan sebagai yang dipikirkan oleh orang itu "ada" walaupun hanya di dalam pikirannya sendiri. Sedangkan penolakan terhadap sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu itu "ada" sehingga "yang tidak ada" itu tidaklah mungkin. Oleh karena "yang ada" itu selalu dapat dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides menyamakan antara "yang ada" dengan pemikiran atau akal budi.

Setelah berargumentasi mengenai "yang ada" sebagai kebenaran, Parmenides juga menyatakan konsekuensi-konsekuensinya:

Pertama-tama, "yang ada" adalah satu dan tak terbagi, sedangkan pluralitas tidak mungkin. Hal ini dikarenakan tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan "yang ada".
Kedua, "yang ada" tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan. Dengan kata lain, "yang ada" bersifat kekal dan tak terubahkan. Hal itu merupakan konsekuensi logis, sebab bila "yang ada" dapat berubah, maka "yang ada" dapat menjadi tidak ada atau "yang tidak ada" dapat menjadi ada.
Ketiga, harus dikatakan pula bahwa "yang ada" itu sempurna, seperti sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama. Menurut Parmenides, "yang ada" itu bulat sehingga mengisi semua tempat.
Keempat, karena "yang ada" mengisi semua tempat, maka disimpulkan bahwa tidak ada ruang kosong. Jika ada ruang kosong, artinya menerima bahwa di luar "yang ada" masih ada sesuatu yang lain. Konsekuensi lainnya adalah gerak menjadi tidak mungkin sebab bila benda bergerak, sebab bila benda bergerak artinya benda menduduki tempat yang tadinya kosong.

Pemikiran Parmenides membuka babak baru dalam sejarah filsafat Yunani. Dapat dikatakan bahwa dialah penemu metafisika, cabang filsafat yang menyelidiki "yang ada". Filsafat pada masa selanjutnya akan bergumul dengan masalah-masalah yang dikemukakan Parmenides, yakni bagaimana pemikiran atau rasio dicocokkan dengan data-data inderawi. Plato dan Aristoteles adalah filsuf-filsuf yang memberikan pemecahan untuk masalah-masalah tersebut.

Sumber: Wikipedia

-----------------------------

Perlu dipahami di sini bahwa definisi "ADA" yang digunakan oleh Parmenides adalah ADA = KNOWN dan ADA = EXIST. Kedua definisi itu dicampur-adukkan sehingga malah terkesan menyesatkan.

ADA dalam pikiran belum tentu ADA secara nyata. Sebagai contoh, saya memikirkan adanya GTWP (Gajah Terbang Warna Pink). GTWP itu ada dalam pikiran saya (known), tetapi tidak ada di luaran sana (not yet exist).

Jadi, pemahaman bahasa sangat diperlukan dalam mempelajari filsafat.


Comments:
Bagas Raja : Parmenides ini filsuf jadul yg logikanya jelas ngawur... mosok TIDAK ADA dianggap ENTITAS.

Tp ya karena pada waktu itu kemampuan berpikirnya segitu ya tetep dianggap filsuf.... :D
Lambang Mahardhika : Jadi apa kita coret aja dia dari daftar filsuf Yunani? :v
Bagas Raja : Ga bisa dicoret wonk udah jadi fakta. Hanya faktanya ya filsuf begok ato filsuf fallatif :p
Lambang Mahardhika : :v
Sanu Damardjati : Ada yang ADAnya dari ada yg lain, mangsute nopo mbah?
Raul Sekti Wijayanto : kalo hantu, jin, telekinesis, santet, dan yg disebut dg istilah goib2 itu masuk kedalam known apa exist om?
Henny Honje : pengertian ADA dan TIADA di tulisan ini basisnya inderawi..

coba kalo dibawa ke ranah KONSEP, pembahasannya akan berbeda..
Misal :
siapa coba yg pernah nemu bilangan "tak hingga" ?

walau ga pernah ketemu, semua yakin bilangan itu ADA, kalo ga ada gimana cara ngitung volume coba? :D
Bagas Raja : itulah gunanya LOGIS....

klo sebuah pernyataan LOGIS pun tidak, gimana bisa dibuktikan?

Bilangan dua pangkat tak terhingga tentu sulit dibuktikan "barangnya"... tapi "prinsipnya" jelas bisa dimengerti.
Henny Honje : Kudu disiplin alur mikirnya Mas, kita bahas ADA dan TIADA, bukan bisa dipahami atau enggaknya

sampe kapanpun itu bilangan tak hingga ga akan ada yg bisa ngasih angkane piro tp semua yakin itu ada :D
Bagas Raja : Langit (batas pandang) juga takan tau luasnya brp toh? tapi bisakah anda menyangkal bahwa itu terlihat diatas kita?
Henny Honje : Cocok, pas ama argument sayah :D
walau masih level inderawi sih, bukan konsep
Bagas Raja : Maksudnya KONSEP yg LOGIS tow? :D
Henny Honje : Logis itu apa?
Logis ga harus terdeteksi inderawi, logis itu berpikir dengan ujung pangkal yg tertib dan terstruktur
Bagas Raja : Terukur? bisa mengukur air laut berapa liter? :D
Henny Honje : Ya bisa lah.. Walah Mas, kemane ajeee :D
Henny Honje : Dan gw ga ngemeng terukur, tp terstruktur :D
Bagas Raja : Luas bumi bisa diperkirakan "sekian"..... dg "perhitungan" tentunya.. bukan dg inderawi.
Bagas Raja : walah iki ngomong opo seh? 😁:p
Lambang Mahardhika : Logis itu maksudnya bisa dikomparasi. Satuan ukuran dikomparasi dengan standard ukuran yang ada. Berat pakai satuan berat universal dan seterusnya.

2 + 2 = 4, ya logis, karena kalau dikomparasi dengan rumus matematika ya cocok. Hujan turun arahnya ke bawah, ya logis karena dikomparasi dengan data yang lalu, pada umumnya arah hujan memang ke bawah. Jadi ya itulah maksud dari penalaran yang logis, wajib ada komparasinya. Tidak ada komparasi maka tidak akan ada logika.
Henny Honje : Mas bagas,
Nah itu Udah Pinter, Udah ngerti bhw ada dan tiada itu konsep..

Kalo mau deteksi inderawi, jangankan aer sedunia, aer sesendok aja kita gatau volume yg sebenernya kalo Udah masuk ranah kuantum ;-)
Lambang Mahardhika : ADA tidak selamanya harus terindera.
Ada yang bermakna ADA = KNOWN, artinya diketahui, tidak harus eksis. Lagu itu ada. Yang eksis tulisan not baloknya, bukan lagunya. Lagunya bisa dinyanyikan tetapi tidak eksis. Suaranya yang eksis.

Ada satu lagi yang ADA = EXIST. Gelas itu ada di meja, artinya eksis, bisa diindera.

Satu lagi ADA = PRESENT. Pak lurah ada di kantor. Artinya pak lurah hadir di kantor.

Jadi ADA dalam bahasa Indonesia itu ada 3 makna yang suka ketukar2, tidak seperti di English yang ada kata Known, Exist atau Present.
Lambang Mahardhika : Raul Sekti Wijayanto, untuk yang tidak bisa melihat jin hantu dll, itu masih sebatas KNOWN. Untuk yang bisa melihatnya, mereka jadi EXIST.
Bagas Raja : KUTIP: Hujan turun arahnya ke bawah, ya logis karena dikomparasi dengan data yang lalu,

>>>Nah..?! Besok hari SABTU juga logis karena sudah terkomparasi dg data2 yg lalu.... tapi klo percaya pada sesuatu yg TIDAK ADA itu yg namanya TIDAK LOGIS.... dan itulah yg menciptakan generasi keyakinan habib brizik..... hag hag hag #horeeeeee :p
Henny Honje : Ooo ujungnya ngono toh.. Hag hag hag
Lambang Mahardhika : Lha, logis dan nyata kan beda. Besok Sabtu itu logis, tetapi belum nyata, masih sebatas prediksi yang tingkat akurasinya mendekati 100%. Prediksi tidak sama dengan kenyataan.
Henny Honje : Kalo Mas bag as belajar logika math, ketika saya state sesuatu, lalu seseorang lain member I fakta yg berlawanan dgn statement saya walaupun fakta hanya 1, maks statement itu gugur

gw percaya Tuhan dan gak jd spt habieb ridziq , ur statement disclaimer
Hag hag hag
Lambang Mahardhika : Anggaplah tuhan saat ini tidak pernah ditemukan. Tidak ditemukan bisa dianggap tidak ada. Masalahnya, tidak ada pada saat ini bukan berarti tidak ada seterusnya sampai masa depan. Siapa tahu nanti setelah mati akan ketemu tuhan atau ketemu GTWP. Ngga ada yang bisa memprediksi dengan tepat. :v

Artinya, pernyataan "tuhan tidak ada" itu hanya berlaku temporer, hanya di masa lalu sampai dengan saat ini. Sapa tahu besok2 tuhan muncul dan mengatakan, "Eh coy, nih gua tuhan asli, bukan KW2". :v

Bagaimana kita bisa memastikan sesuatu "PASTI TIDAK ADA" ada di masa depan sedangkan masa depan itu saja belum terlampaui?

Pernyataan yang bisa diterima adalah "Tuhan kemungkinan tidak pernah ada. Jadi nikmati hidup dan bantulah sesama manusia." Mungkin, bukan PASTI.
Itha Chi Huy : great!

==== Sumber

0 Response to "Konsep "Ada" dan "Tidak Ada" menurut Parmenides"

Post a Comment