Apakah keyakinan itu suatu kebenaran atau asumsi?
==========================================
Pada suatu ketika, dan sampai dengan saat ini, anda yakin bahwa planet Jupiter itu bulat dan bercincin. Apa alasan anda yakin dengan hal itu? Karena anda sudah melihat gambar yang diberi label Jupiter. Anda berasumsi bahwa tidak mungkin para ilmuwan membohongi publik secara sengaja dan masif dengan mengedarkan gambar Jupiter palsu.
Kita simak di sini bahwa keyakinan anda ternyata ditopang oleh keyakinan lain dimana keyakinan lain itu ternyata berdasarkan pada asumsi. Jalur rangkaian keyakinan yang berujung pada asumsi ini bisa sambung menyambung dengan rantai yang sangat panjang.
Apakah sebuah asumsi atau keyakinan itu dijamin benar? Belum tentu begitu. Yang namanya asumsi itu bisa benar dan bisa juga salah. Meskipun demikian, asumsi kebenaran yang telah anda pegang itu membuat anda berasumsi lagi bahwa anda telah berada di jalan yang benar sehingga anda bisa tenang dan nyaman lahir bathin dunia akhirat.
Bagaimana jika kemudian ternyata asumsi atau keyakinan itu salah? Ya ngga apa2, toh kehidupan ini sebagian besar berisi trial and error. Kalau gagal ya coba lagi dengan metode yang lebih baik.
Pada titik inilah terjadi persimpangan jalan antar ateis dan teis. Yang teis tetap memilih jalan terbaik sesuai dengan asumsinya, yang ateis pun juga memilih jalan lain sesuai dengan asumsinya. Keduanya sama2 berasumsi, keduanya sama2 memiliki peluang untuk benar, dan keduanya juga sama2 memiliki peluang untuk salah.
Kemudian muncul satu orang yang bertanya, "Jika keyakinanmu hanyalah sebuah asumsi, mengapa tetap engkau pertahankan?"
Jawabannya adalah, "Karena dengan mengambil salah satu keyakinan apapun, saya memiliki peluang untuk benar. Sama halnya seperti ketika anda memulai suatu bisnis yang baru. Tidak ada kepastian bahwa bisnis itu akan sukses, tetapi anda akan berupaya sekuat tenaga agar mendapatkan bukti nyata berupa kesuksesan. Begitu juga dengan keimanan kepada tuhan. Saya akan berusaha beribadah sekuat tenaga agar saya mendapatkan bukti nyata berupa kebenaran atas hal yang saya imani itu".
Comments:
Erlita Wahyuningtyas : Pertamax lagi (yess)
Seruling Gembala : Kayakinan, asumsi, pikiran adalah materi
Seruling Gembala : Kebenaran dan kepalsuan adalah materi. Hanya densitasnya yang berbeda
Erni Gurnika : Huft
Ceng Mozak : Super sekali bradah😉
Ceng Mozak : Bagimna caranya memfalsifikasi sbuah asumsi teis dan ateis, shingga betmen bisa mengambil salah satu asumsi dari keduanyah ituh
Lambang Mahardhika : Teis berasumsi tuhan itu ada, tetapi tidak mampu membuktikannya langsung selain dari hanya pembuktian secara tidak langsung yang didasari pada asumsi.
Ateis berasumsi tuhan itu tidak ada, karena mereka tidak pernah bisa menginderanya.
Membuktikan keberadaan atau ketiadaan sesuatu itu sangat sulit, lebih2 jika sama sekali tidak ada referensi lebih detail tentang entitas yang dicari itu.
Contoh:
Saya ingin membuktikan keberadaan atau ketiadaan jeruk berwarna biru. Kalau saya hanya cari dalam rumah saya, jelas tidak ada dan dengan cepat saya bisa mengatakan "jeruk biru tidak ada di rumah saya". Apakah di dunia ini tidak ada jeruk warna biru? Konsekwensinya, saya mesti keliling dunia dan masuk ke pasar2 untuk mencari apakah jeruk warna biru tidak ada.
Anggaplah masih belum ditemukan. Lalu saya mesti cari lagi dengan menyusuri semua planet, galaksi dan nebula. Butuh pencarian yang panjang dan melelahkan.
Cara paling singkat adalah membuat klaim bahwa "jeruk biru itu ada" atau "jeruk biru itu tidak ada".
Untuk yang membuat klaim "jeruk biru itu ada", jika ditanya mana buktinya, cukup jawab "ya carilah ke galaksi sana".
Untuk yang membuat klaim "jeruk biru itu tidak ada", jika ditanya "apakah anda sudah mencari ke galaksi sana?", cukup jawab "Belum sih, saya hanya mencari di pasar terdekat. Terus harus gimana dong?" :v
Jelas teis dan ateis keduanya membuat pilihan berdasarkan asumsi masing2. Ada yang bertanya lagi, "Terus apa manfaatnya kalau saya memilih jadi teis?" Ada banyak jawaban untuk hal itu yang kalau saya tuliskan di sini akan menjadi bahan perdebatan panjang.
Manikmaya Dewagama : dari dulu 1 + 1 = 2 dalam sistem desimal ... , matematika emang nggak berkembang ... tapi konsisten dengan kebenaran ... :D
Yossy Aditya : Remedial class 😂
Galuh Permana : sy pernah dengar, apa yg sejatinya manusia miliki selain keyakinan ?. meski ga ngrti tp sering jd bahan lamunan..... numpang komen mas. lanjut...
Lambang Mahardhika : Kepastian untuk masa lalu dan sekarang, keyakinan untuk masa depan. Keduanya dimiliki oleh manusia.
Kemarin hari Sabtu, itu adalah kepastian dan proven.
Theodoric Budiman : Salah satu pertanyaan yg bisa diajukan: apakah kita mau mengubah asumsi kita kalau ada cukup bukti yang diajukan. Tentunya cukup atau tidaknya bukti juga sesuatu yg subjektif.
Bang Zai Cahaya : keren.
==== Sumber
0 Response to "Apakah keyakinan itu suatu kebenaran atau asumsi?"
Post a Comment