Sains modern dan Tuhan (perspektife kaum fisikawan dan sufism)
Catatan Wawan Setiawan
------
Abad 21 ini, tak pelak adalah abad sains dan teknologi, setelah sebelumnya abad 17-20 merupakan abad filsafat, terutama filsafat empirisme dan monism materialism. Di abad 21 ini, percobaan tikus dilaser neuron-nya bisa menjadi mahluk pembunuh, atau zaman ini juga diwarnai oleh percobaan dua orang berada di tempat yang jauh, yaitu di Amerika dan Brazil dan menggunakan brain computer interface, lalu dihubungkan melalui internet, mereka bisa main game bersama, atau otak mereka bisa saling terhubung. Kemajuan neurosains yang sangat pesat, kemajuan ini hasil pemikiran filsafat monism materialism abad 19, salah satunya seperti tulisan Vladimir Lenin dalam bukunya "Materialism and Empirio-Criticsm", didalam sub-judul "Does man think with the help of the brain?".
Filsafat monism materialism, otomatis mengeliminasi adanya ruh atau nyawa. Kepercayaan terhadap ruh atau nyawa, sering disebut sebagai kepercayaan dualism, dan dalam filsafat ini, dipercayai bahwasanya pengetahuan bisa didapat secara transendental, atau tanpa melalui indera. Filsafat dualism mempercayai adanya ruh yang mengisi dan mengendalikan body kita, seperti yang diungkapkan oleh rasionalis Rene Descartes bahwa ada "hantu" yang menghuni mesin body kita. Hal ini sangat bertentangan dengan filsafat empirisme dan monism materialism yang mempercayai bahwa segala pengetahuan kita didapat dari pengalaman atau indera dan yang disebut dengan "ruh" tak lain adalah mind yang bekerjanya atas dasar gerakan neuron otak dan neural system.
Era abad 21 ini juga memunculkan banyak ilmuwan atheis, seperti Prof. Stephen Hawking, Prof. Lisa Randall fisikawan dari Harvard, Richard Dawkins, Sam Harris, Michio Kaku, dan masih banyak lagi, termasuk Peter Higgs, fisikawan nobelis yg men-theory-kan Higgs Boson atau partikel tuhan, partikel fundamental penyusun alam semesta ini, atau partikel yang membuat benda mempunyai massa. Saat ini ilmu fisika atau banyak fisikawan atau ilmuwan yang mempercayai bahwa Big Bang terjadi dengan spontan, tanpa peran dari sang pencipta, dan peran partikel Higgs Boson sangatlah penting dalam terjadinya alam semesta ini.
Dengan kemajuan sains moder tersebut, kepercayaan terhadap Tuhan banyak dipertanyakan oleh ilmuwan dan filsuf modern saat ini, namun saya kira fungsi daripada sains tidak untuk menegasikan tentang tuhan, sains lebih berfungsi untuk menguak misteri alam semesta yang belum terpecahkan.
Tuhan masih akan tetap menjadi misteri, dan tidak terjangkau oleh akal yang dilandasi oleh logika empiris, tuhan hanya bisa dipahami oleh rasionalisme dan intuisi. Secara evolusioner, manusia mempunyai pineal gland, dimana fungsi kelenjar ini salah satunya adalah untuk memproduksi molecule DimethylTryptamine, dimana oleh ahli biologi diantaranya Dr. Rick Strassman dianggap sebagai molecule spiritual. Molecule ini pulalah yang membuat otak kita mempunya experience dengan keberadaan tuhan dan alam astral serta kondisi ecstacy spiritual.
Di abad modern ini, juga banyak fisikawan yang mempercayai konsep philosopher Yahudi Belanda Baruch Spinoza, "Deus Sive Natura" dimana alam semesta adalah Tuhan itu sendiri. Tuhan adalah alam semesta, atau Tuhan adalah hukum hukum fisika yang bekerja pada alam. Kepercayaan ini dipercayai oleh Prof. Stephen Hawking, fisikawan Albert Einstein, maupun fisikawan nobelis fisika kuantum Erwin Schrodinger. Mereka tidak mempercayai sosok tuhan personal, tapi mempercayai bahwa tuhan adalah alam semesta yang terus ber-evolusi.
Di sisi lain fisikawan kuantum Richard Feynman pernah menyatakan bahwa tuhan adalah sebutan untuk menyebut atau menjelaskan misteri alam yang belum terpecahkan oleh manusia. Dalam sejarahnya, ilmu mekanika kuantum, ilmu yang mempelajari benda mikroskopik, hasilnya sangat membingungkan atau didasari oleh uncertainty atau stochastic sehingga fisikawan Albert Einstein mengatakan "tuhan tidak bermain dadu", namun fisikawan Niels Bohr mengatakan "Einstein, stop telling God what to do", dan disusul oleh fisikawan Daniel M Greenberger, "Einstein said that if quantum mechanics were correct then the world would be crazy. Einstein was right - the world is crazy."
---
Tuhan memang mempunyai berbagai makna dan arti, fisikawan mempunyai pemahaman sendiri, sedangkan kaum relijius juga mempunyai tafsiran dan pemaknaan sendiri. Kaum sufi juga mempunyai pemaknaan sendiri yang kaya terhadap tuhan. Tuhannya kaum sufi banyak menghasilkan karya yang puitis, yang mengagungkan nama-Nya. Misalnya Abdul Qadir Jaelani, atau Jalaludin Rumi, membuat tarekat yang memandu kita untuk mendekat dengan tuhan dengan jalan yang unique, bahkan sampai ke level marifat. Kaum sufi saya lihat kaya akan methode tarekat, sehingga saat ini banyak sekali tarekat dengan cara praktikal yang berbeda beda namun tujuannya sama, yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun meski cara dan methode kaum tarekat berbeda beda sesuai ajaran guru mereka masing masing, kaum sufi saya kira sama halnya dalam mencapai tarekat, yaitu melalui Mahabbah, atau cinta kepada Tuhan. Kepercayaan terhadap tuhan tidak lagi karena di-iming imingi oleh sorga dan neraka lagi, dan menjalankan syariatnya bukan karena menjadi kewajiban lagi, tapi karena mahabbah atau kecintaan kita terhadap Tuhan. Singkatnya, kalau kita sudah mampu ber-mahabbah terhadap tuhan, maka kita akan mudah juga ber-mahabbah terhadap manusia lain atau sesama manusia, dan saya kira ini adalah agama yang membawa kesejukan dan kedamaian, agama yang didasari oleh mahabbah atau cinta.
Comments:
Ardhie Safri : Yup, kebanyakan kaum agamis menggambarkan Tuhan sangat2 personal, mereka belum paham Tuhan seperti apa?, saat alam semesta baru terbentuk atau sebelumnya, Tuhan semata yg ada... sudah saatnya kaum agamis merekonstruksi pemahaman agama/faith systemnya, agar dpt sejalan,berpartisipasi dg kemajuan peradaban/science.. jgn hanya melulu ngurusi politik kekuasaan...
Galuh Permana : trims sharingnya mudh2an jd manfaat buat semua. Tp benarkah sains telah berhasil menjadikan alam dan hidup ini jd lebih baik ? Sy merasa melihat sebaliknya, meski bagi nafsu masing2 diri (trmasuk sy) 'terasa" telah terpenuhi "demi hidup dan kehidupannya". Salam
Salya Purnama : Hubb. Dal tasjid. Empyreum/ Arsy...
==== Sumber
0 Response to "Sains modern dan Tuhan"
Post a Comment