Sekali lagi tentang Asumsi dan Fakta
===============================
Bulan depan adalah bulan September. Pernyataan ini bukanlah fakta tetapi berupa asumsi yang didasarkan kalkulasi dengan tingkat akurasi 99.99% sesuai dengan perhitungan kalender. Tetap ada kemungkinan meleset walaupun hanya sebesar 0.01%. Salah satu penyebab melesetnya adalah jika mendadak bumi ini kehilangan trayektorinya, misalkan ada nuklir skala gigantik yang meledak entah dimana dan membuat dorongan enerji kinetik yang mampu menggoyang bumi untuk keluar dari trayektorinya.
Yang disebut dengan fakta (atau sering disebut juga dengan realitas / kenyataan, pada lingkup yang lebih sempit), adalah sesuatu yang bisa kita uji detik ini juga. Salah satu sifat dari fakta adalah verifiability, artinya bisa diverifikasi detik ini juga. Misal kita ingin membuktikan bahwa sebuah lampu bisa mengeluarkan cahaya, maka nyalakan lampu itu dan lihat fakta yang ada dan langsung terverifikasi detik itu juga.
Apakah kita mampu melakukan verifikasi bahwa bulan depan adalah bulan September? Jelas tidak bisa karena bulan September itu masih di masa depan. Yang bisa diverifikasi adalah yang sudah lalu atau yang ada sekarang.
Yang tadi itu adalah salah satu contoh bahwa di dalam pikiran kita sudah ada asumsi tentang bulan depan. Kira2 masih ada berapa banyak lagi asumsi yang baru akan menjadi fakta di kemudian hari? Apakah besok kantor anda masih ada di lokasi yang sama? Apakah anda masih tetap sehat besok? Apakah kendaraan anda bisa dinyalakan besok? Apakah lemari anda tidak rubuh besok?
Masih ada berapa ribu lagi asumsi yang ada dalam pikiran kita? Makanya saya sering menyebutkan bahwa kehidupan ini penuh dengan asumsi. Misalkan ada mengatakan bahwa negara ini akan meroket tahun depan, itu juga masih sebatas asumsi. Tidak ada bedanya dengan mengatakan bahwa negara ini akan hancur tahun depan. Dua2nya masih berupa asumsi, seberapapun canggih kalkulasi, analisa, prediksi dan proyeksi yang digunakan untuk menunjang asumsi itu.
Jangan sekali2 mengatakan bahwa asumsi adalah sebuah fakta. Asumsi adalah asumsi, dan fakta adalah fakta, tidak bisa digabungkan. Semakin anda mampu membedakan mana yang asumsi dan mana yang fakta, maka anda akan menjadi lebih tangguh dalam menghadapi berbagai tipuan dan kebohongan di muka bumi ini. Terutama kebohongan yang dilakukan oleh media ataupun mulut codot para pejabat.
Comments:
Normansyah Normansyah : Asekkk dahhh, Codot menn, Codot varietas cap Vampir berdasi berbulu ayam kwkwk..
Yulius Indro Cahyono : Asumsi dan fakta tidak dapat satukan namun dapat saling melengkapi di ruang trial and error.
Raul Sekti Wijayanto : Ijin share om Lambang Mahardhika (y)
Aji Saputra : Saya boleh nambahin mas...? Sebetulnya rata-rata kekacauan pemahaman antara asumsi dan fakta seperti yang disebut sama mas itu disebabkan karena "tidak memperhatikan detail" codot-codot itu mirip ilusionis,mereka melakukan misdirection dan bagi orang yang tidak memperhatikan detail mereka akan menganggap ilusi itu nyata...
Lambang Mahardhika : Kalau kita lihat para codot itu, mereka terbang tanpa melihat tapi cukup mendengar saja. Satu2nya petunjuk bagi mereka adalah gaung dari bunyi yang mereka keluarkan. Lha kalau mahluk2 disekitarnya sengaja membuat gaung yang sudah dimanipulasi, si codot akan menangkap gaung yang berbeda. Karena codot itu lingkar otaknya kecil, maka dia tidak mampu memiliki praduga bahwa gaung ternyata bisa dimanipulasi.
Begitulah kira2 teori tentang cocot.. eh.. codot. :v :p
Risma : mas Lambang Mahardhika lalu bagaimana dng matahari yg kita lihat setiap hari terbit dari timur dan tenggelam dibarat dan kita melihatnya matahari berjalan dari timur kebarat dan menghilang ,sedangkan para ilmuwan mengatakan "bumilah yg berjalan /mengitari matahari".
apakah penglihatan kita setiap hari itu fakta atau asumsi ?
Lambang Mahardhika : Tergantung titik referensi mana yang digunakan.
Kalau kita gunakan matahari sebagai titik referensi, maka bumi yang mengitari matahari.
Kalau kita gunakan bumi sebagai titik referensi, maka matahari yang mengitari bumi.
Padahal mataharipun juga tidak diam tetapi bergerak mengitari galaksi.
Pada umumnya, titik yang diam absolut, atau titik yang "lebih diam" dibandingkan sekitarnya, akan dijadikan sebagai referensi. Dalam kasus matahari vs bumi, karena matahari "lebih diam" dibandingkan bumi dan sekitarnya, maka pernyataan bumi mengitari matahari itu lebih tepat.
Semua pengamatan kita terhadap matahari yang dilakukan pada detik tertentu adalah sebuah fakta. Matahari bergerak dari timur ke barat adalah juga fakta. Sains yang kemudian membuktikan bahwa sebetulnya bukan matahari yang bergerak dari timur ke barat, tetapi bumi yang berotasi dari barat ke timur.
Risma : kalau pengamatan kita terhadap pergerakan matahari dari timur ke barat adalah fakta ,dari pengamatan indra kita di bumi,
lalu bagaiamana sains yg membuktikan sebetulnya bukan matahari yg bergerak dari timur ke barat,tapi bumi yg berotasi dari barat ke timur ,adalah fakta yg lain lagi mas lambang ???
kalau kedua fakta tersebut dipertemukan ,lalu sebenernya fakta yg mana yang paling benar ???
Lambang Mahardhika : Ada sedikit kekeliruan dalam komen saya sebelumnya.
Fakta yang benar, bumi bergerak dan matahari bergerak. Itu fakta. Bagaimana pergerakan mereka bisa dilihat pada video2 kosmologi. Sama sekali tidak ada fakta yang bertentangan.
Lalu diteliti lagi dengan mengambil titik referensi yang di luar bumi dan matahari. Sebut saja titik referensinya adalah salah satu titik di galaksi. Dari titik itu "diamati", mana mengitari yang mana. "Diamati" artinya bukan dilihat dengan mata atau teleskop, tetapi menggunakan metode koordinat atau triangulasi. Diperoleh bukti bahwa bumi yang mengitari matahari, bukan matahari mengitari bumi. Maka diambil kesimpulan bahwa bumi mengitari matahari.
Lalu bagaimana dengan matahari yang terlihat seolah2 bergerak dari timur ke barat? Hal itu terjadi karena bumi sendiri berotasi. Rotasi inilah yang menghasilkan optical illusion seolah2 matahari bergerak dari timur ke barat.
Jangan tertukar pemahaman antara bumi berotasi dengan bumi mengitari matahari (berevolusi). Matahari yang terlihat seolah2 bergerak dari timur ke barat, terjadi karena rotasi bumi, bukan karena revolusi bumi.
Jadi kesimpulannya sbb:
1. Pernyataan "Matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat" adalah pernyataan yang valid, terjadi karena adanya rotasi bumi, dan hanya berlaku jika pengamatan dilakukan dari salah satu titik yang ada di permukaan bumi. Jika diamati dari Mars sudah tidak jelas lagi makna timur dan barat yang digunakan. Yang bisa dikenali adalah timurnya Bumi dan baratnya Bumi, bukan timurnya Mars dan Baratnya Mars.
2. Pernyataan "Bumi mengitari matahari" adalah pernyataan yang valid, dan tidak ada kaitannya dengan pernyataan ""Matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat" karena pergerakan bumi mengitari matahari akan menghasilkan perbedaan musim di belahan utara dan selatan bumi.
Gempur Bayu : Mencerdaskan....izin share yo Mas...
Yantienyan Yan : aq nyimak duduk manis mas hehe
Reni Septiana Adhyatmo : kayanya poin yg mau ditekankan mbak Risma itu begini, fakta ngga cukup diverifikasi indera aja. Apa yg tertangkap indera, 'data mentah' nya itu, belum tentu fakta, harus disaring pake akal dulu. maaf kalo salah tangkap
Reni Septiana Adhyatmo : tambahin gambar :)
==== Sumber
0 Response to "Sekali lagi tentang Asumsi dan Fakta"
Post a Comment